Jumat, 17 Mei 2013




Rohana Kudus,
The amazing ladies from west sumatra...........!
 Rohana Kudus dengan nama asli, Siti Rohana, lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang Bukittinggi,  Sumatra Barat. 
Rohana adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Walaupun Rohana tidak bisa mendapat pendidikan secara formal namun ia rajin belajar dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda yang selalu membawakan Rohana bahan bacaan dari kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat Rohana cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya.
Pada zamannya Rohana termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang gigih belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Dengan kecerdasannya, pada tahun 1892 dalam Umur yang masih sangat muda, yakni kira-kira 8 tahun, Rohana sudah bisa menulis dan membaca, mengerti abjad Arab, Latin, Arab -Melayu, dan berbahasa Belanda, dengan itu dia sudah mulai mengajar membaca, dan berbagai keterampilan, ilmu dan kepandaian kepada teman-teman sebayanya, dari satu rumah ke rumah lainnya, sehingga mereka bisa menjadi perempuan yang kreatif dan mandiri.
Tak puas dengan itu kemudian Rohana belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang merupakan keahlian perempuan Belanda pada istri seorang pejabat Belanda yang bertetanga dengan rumah ayahnya. Disini ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropa yang sangat digemari Rohana.
Pada tanggal 11 Februari 1911, dalam usia yang relative muda, 27 tahun, dengan memanfaatkan tempat seadanya, dia memberanikan diri mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan yang diberi nama, “ Sekolah Kerajinan Amai Setia. Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda.
Pada tahun yang sama Rohana Kudus membentuk organisasi 'Kerajinan Amai Setia', dengan menghimpun para perempuan untuk diberi bekal keterampilan yang merupakan permulaan industri rumah tangga di Sumatra Barat. Tahun 1915 organisasi ini dapat pengakuan badan hukum dari pemerintahan Hindia Belanda, yang sampai sekarang pusat keterampilan ini masih eksis sebagai pusat penjualan hasil kerajinan khas Minang Kabau, yang berlokasi di Koto Gadang Bukittinggi, Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Selain itu, Rohana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda karena ia sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. Disamping itu juga Rohana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang memenuhi syarat ekspor. Ini menjadikan sekolah Rohana berbasis industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di Minangkabau.
Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Rohana. Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Rohana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah Rohana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.
Berselang satu tahun kemudian setelah berdirinya“ Sekolah Kerajinan Amai Setia”, yakni pada tanggal 10 Juli 1912, Rohana pun menerbitkan sebuah surat kabar yang bernama, “Sunting Melayu”, yang merupakan surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.
Kisah sukses Rohana di sekolah kerajinan Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober 1916 seorang muridnya yang telah didiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan Direktris dan Peningmeester karena tuduhan penyelewengan penggunaan keuangan. Rohana harus menghadapi beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya (Abdul Kudus), seorang yang mengerti hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Rohana tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, namun dengan halus ditolaknya.  
Di usianya yang matang sebelum dan setelah menikah dengan Abdul Kuddus, Rohana mengalami berbagai benturan sosial dengan pemuka agama, adat, dan masyarakat. Rohana dipuji dan dikagumi, tetapi sekaligus difitnah dan dicaci maki, yang mengakibatkan dengan terpaksa Rohana meninggalkan kampung halamannya, pindah ke Bukittinggi. 
Di Bukittinggi Rohana mendirikan sekolah dengan nama “Rohana School”. Rohana mengelola sekolahnya sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan terulang kembali. Rohana School sangat terkenal muritnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Rohana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.
Tak puas dengan ilmunya, di Bukittinggi Rohana memperkaya keterampilannya dengan belajar membordir pada orang Cina dengan menggunakan mesin jahit Singer. Karena jiwa bisnisnya juga kuat, selain belajar membordir Rohana juga menjadi agen mesin jahit untuk murid-murid di sekolahnya sendiri. Rohana adalah perempuan pertama di Bukittinggi yang menjadi agen Singer yang sebelumnya hanya dikuasai orang Tionghoa.
Dengan kepandaian dan kepopulerannya Rohana mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra. Di sekolah ini muridnya tidak hanya perempuan tapi ada juga laki-laki. Rohana diberi kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda. Semua guru di sini adalah lulusan sekolah guru kecuali Rohana yang tidak pernah menempuh pendidikan formal. Namun Rohana tidak hanya pintar mengajar menjahit dan menyulam melainkan juga mengajar mata pelajaran agama, budi pekerti, Bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis jurnalistik.
Rohana menghabiskan waktu sepanjang hidupnya dengan belajar dan mengajar, menurutnya, perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menjadi laki-laki dan sebaliknya. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya, untuk itu perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang baik, sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan. Prinsip dan ketegasan Rohana tersebut pada akhirnya mampu mengubah paradigma dan pandangan masyarakat Koto Gadang terhadap pendidikan untuk kaum perempuan pada waktu itu, yang semula menuding perempuan tidak perlu menandingi laki-laki dengan bersekolah.   
Perjuanganya tidak berhenti di situ saja, dia pun aktif dalam Partai Pergerakan Bawah Tanah yang menentang kolonial Belanda. Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi secara membabi buta, Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan Kereta Api.
Rohana Kudus juga pernah mengajar dan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak di Lubuk Pakan,Medan, Sumatra Utara.  Di Padang, ia menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Tionghoa-Melayu dan surat kabar Cahaya Sumatera.  
Demikianlah Rohana Kudus menghabiskan 88 tahun umurnya dengan beragam kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik. Bahwa selama puluhan tahun mengabdikan dirinya kepada masyarakat, bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya. Rohana Kudus berjuang untuk kaumnya, menulis berbagai hal demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa, tentang perempuan, seperti persoalan rumah tangga, agama, politik, sosial, dan lain sebagainya. Demi memajukan kaum perempuan, agar tercapainya kesejahteraan dan kemaslahatan bagi kaum perempuan.
Melalui tulisannya, Rohana Kudus berusaha membuka mata perempuan, memberikan pemehaman dan pengajaran. Karya-karya jurnalistik Rohana, tersebar pada beberapa surat kabar di Sumatera Barat, dan beberapa pulau di Indonesia. Di antaranya, Sunting Melayu, Saudara Hindia, Perempuan Bergerak, Radio, dan Suara Koto Gadang. Rohana juga pemah menulis pada beberapa surat kabar yang terbit di Pulau Jawa, seperti Mojopahit, Guntur Bergerak, Fajar Asia.
Rohana Kudus mengungkapkan dan memuat fakta-fakta yang tampak pada masyarakat, mengungkapkan kekhawatirannya serta memberikan solusinya, memanfaatkan kepandaian serta fasilitas yang ada, sehingga kerajinan yang dihasilkan sekaligus membantu perekonomian masyarakat. Rohana menghimbau kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi melawan penjajah, sebagai wujud cinta tanah air. Hal ini tergambar dari karya-karya jurnalistiknya, salah satu diantaranya melalui syairnya yang terbit di surat kabar Sunting Melayu, tanggal 23 Mei 1913, yang berjudul,: “Setia Gerakan Perempuan Zaman ini”
Kalau dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung Rohana selama hidupnya, karena itu ;
-          Pada Hari Pers Nasional ke-3 tahun 1874, ia dianugerahi penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia;
-          Pada bulkan Februari tahun 1987, Mentri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia.
-          Dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.
Rohana Kudus ternyata adalah perempuan multidimensi, kecerdasan, keberanian dan kegigihannya berjuang sangat luar biasa, sehingga pantas kiranya beliau kita sebut,” The amazing ladies from West Sumatra”. Betapa tidak, pada masa itu dan mungkin juga untuk era sekarang ini. Dia mampu berkiprah ditengah-tengah pergolahkan bangsa, mampu banyak berbuat tanpa pendidikan formal. Rohana Kudus berperan menjadi guru, journalist, sekaligus berjuang melawan penjajah.
Dan tahukah anda, selain yang terurai di atas, siapakah sebenarnya Rohana Kudus, yang kusebut sebagai, “ The amazing ladies from west sumatra “, itu  ?  Ternyata dia adalah kakak dari seorang pedana menteri pertama RI, Sutan Syahrir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Wikipedia

Hasil penelusuran