Panakik pisau sirauik,
ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiak ka niru
nan satitiak jadikan lauik
nan sakapa jadikan gunuang
alam takambang jadi guru
Ambiak tuah ka nan bana,
Ambiak contoh ka nan sudah……!
Bahwa
pilsafat dasar Adat Minangkabau, “Alam Takambang Jadi Guru”.jelas
sesuai dengan firman Allah S.W.T yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim
tentang mempelajari alam itu bagi orang-orang yang berfikir, antara lain
dapat kita lihat dalam ;
Al-Quran Surat Yunnus Ayat 101.
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di
langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa’at tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman”.
Contoh Kasus : ANGGOTA DPRD DKI Lawan JOKOWI-A HOK
Demikian pandangan hidup orang Minang membuat
mereka selalu mengambil pelajaran dari kejadian alam, baik pada masa
lalu maupun pada kejadian-kejadian yang terjadi dihadapan mata sebagai
bahan perbandingan, bahwa hal-hal yang baik akan ditauladani, yang buruk
akan dibuang, sehingga dimasa mendatang tidak terjadi lagi kesalahan
yang sama, sebgaimana kata pepatah : jan sampai 2 kali urang buto
kahilangan tungkek.!
Bahwa jauh sebelum masuknya pengaruh asing ke ranah Minang, termasuk sebelum ajaran agama Islam masuk ke Minangkabau, nenek moyang orang Minang telah menjadikan fenomena
yang terdapat dalam alam sebagai dasar adat Minangkabau. Apa yang
terjadi di alam dijadikan sebagai guru bagi kehidupan Alam yang
terkembang di hadapan kita berupa flora,
fauna dan benda alam lainnya. Pada alam ini berlaku hukum alam.
Berdasarkan hukum alam ini dibuatlah ketentuan adat berupa petatah
petitih, misalnya :
api panas dan membakar,
air membasahi dan menyuburkan,
kayu berpokok, berdahan, berdaun, berbunga dan berbuah,
lautan berombak, gunung berkabut,
ayam berkokok, kambing mengembek,
harimau mengaum dan sebagainya.
Dalam
budaya Minang ajaran alam takambang jadi guru inilah yang disebut ;
adat nan sabana adat, yang berlaku universal, dan mutlak, sehingga
berlaku disegala tempat dan disembarang waktu, yang mana asal api pasti
lah membakar, asal air pastilah membasahi, dimanapun dan kapanpun. Oleh
karena itu penulis berani menjabarkan ajaran alam takambang jadi guru
ini dalam kasus yang terjadi dalam asyarakat Jakarta, meskipun mayoritas
penduduknya adalah suku betawi.
Bahwa pengalaman adalah guru yang sangat berharga, demikian harusnya masyarakat Jakarta harus mulai berfikir arif dan selektif . Bahwa beredar di media masa, 32 nama anggota DPRD DKI yang akan interpelasi Jokowi sehubungan dengan kebijakannya memberikan kartu berobat untuk warga miskin yang dsebut, Kartu Jakarta Sehat (KJS), HANYA BERDASARKAN PENOLAKAN DARI 16 PENGUSAHA RUMAH SAKIT ATAS KJS tersebut.
Bahwa 32 orang anggota dewan tersebut adalah sama dengan 1/3 jumlah anggota DPRD DKI yang tidak peduli akan nasib rakyat kelas bawah, yang berarti masyarakat DKI telah kecolongan dalam memilih wakilnya, ternyata mereka tidak peduli akan nasib masyarakat, yang pada waktu pemilu dirayu-rayu dan di nina bobokan dengan berbagai bentuk souvenir dan pencitraan. Faktanya ? lacur, mereka justru hendak mengenyahkan seorang gubernur yang pro rakyat. Lalu mana janji mereka ketika pemilu, bahwa mereka akan membela kepentingan rakyat ? Faktanya mereka justru membela pengusaha 16 buah rumah sakit swasta ketimbang menunjukan rasa peduli kepada rakyat kecil yang tidak punya kemampuan berobat kerumah sakit.
Demikian
juga banyak terjadi di seluruh tanah air, yang mana para caleg turun
kejalan menemui masyarakat dengan berbagai souvenir dan janji janji
muluk, bahkan terkadang mereka tidak paham apa yang mereka janjikan,
pokoknya berjanji saja dulu, soal nanti dapat terwujut atau tidak soal
belakang………!
Bahwa
tidak jarang sebahagian mereka ternyata calon –calon koruptor,
penghisap darah rakyat, menghambur-hamburkan uang Negara dengan berbagai
bentuk study banding yang tidak perlu, dan atau tidak ada manfaatnya
bagi masyarakat, dan bahkan masyarakat tidak pernah diberi tahu, akan
hasil dari study banding tersebut, seperti misalnya kita dengar pernah
terjadi study banding keluar negeri ke Negara A, ternyata diketahui
kemudian anggota dewan berada di Negara B, belum lagi ternyata yang ikut
study banding juga istri-istri dari anggota dewan yang konon di
dalilkan ikut dengan biaya sendiri, dan semua anggaran study banding
itupun masyarakat tidak pernah mengetahui apakah di audit atau tidak...!
Selain itu kita ketahui juga dari Media bayak anggota dewan yang bolos
dan atau tidur dalam siding-sidang DPR.
Bahwa sebaliknya kita
dengar juga anggota DPRD DKI yang resah melihat tingkah polah Jokowi
yang selalu study banding ke perkampungan kumuh, menanyakan dan atau
mencari tau tentang kebutuhan masyarakat dalam kehidupannya, sehingga
kita tahu dari media statemen anggota DPRD DKI ; Jokowi kurangi jalan
jalan ! Bahwa
berbagai upaya yang dilakukan Jokowi-Ahok dalam menciptakan Jakarta
Baru, belum pernah kita mendengar keluar suatu bentuk pujian dari
anggota DPRD DKI, slalu pernyataan yang ujung-ujungnya mencari-cari
kesalahan pasangan Gubernur-Wakil Gubernur tersebut !
Bahwa
kejadian ini seyogianya menjadi pengalaman yang berharga tidak saja
bagi masyarakat Jakarta, melainkan juga bagi masyarakat di seluruh tanah
air, agar jangan terperdaya dengan tipu daya para caleg yang menjual
madu di bibir, pada hal sebenarnya racun yang akan menyengsarakan rakyat
. Rakyat mesti selektif mana pemimpin dan atau calon pemimpin yang
amanah, jujur; satu kata dan perbuatan !
Alam takambang jadi guru, caliak tuah ka nan bana, caliak contoh kanan sudah…….!!!
-----umm-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar